INGUH "Jasri Communities"

PEACE, LOVE, FRIENDSHIP AND ALCOHOL!!!!


| Sepak Bola | | Komputer | | Artikel | | Wisata| | About Inguh|

Monday, August 14, 2006

Calciopoli dari Masa ke Masa


Tahun 2006 sepakbola Italia diguncang skandal Calciopoli. Sejarah mencatat skandal, suap, dan pengaturan pertandingan manjadi penyakit yang sulit diobati dari sepakbola.

Entah sejak kapan pengaturan pertandingan menjadi benalu di sepakbola. Yang pasti untuk melihat skandal pertama yang tercatat dalam sejarah kita harus menengok jauh ke belakang, tepatnya tahun 1927.

Saat itu di akhir musim 1926/1927 Torino akhirnya bisa merasakan gelar juara Seri A mereka yang pertama. Sayang perayaan tersebut tak berlangsung lama, pasalnya berdasarkan artikel di sebuah suratkabar FIGC kemudian melakukan penyelidikan karena tercium adanya praktek suap.

Benar saja. Tim penyelidik menemukan bukti kalau Torino menyuap pemain belakang Juventus Luigi Allemandi sebesar 50 ribu Lira dalam sebuah partai derby yang akhirnya dimenangkan Torino 2-1. Pengadilan kemudian menjatuhkan sanksi pencabutan gelar Torino, sementara Allemandi dihukum larangan bertanding seumur hidup.

Skandal besar kedua yang menerpa Seri A terjadi tahun 1980 yang membuat AC Milan dan Lazio terdegradasi ke Seri B. Presiden Milan, Felice Colombo dan beberapa pemain dari berbagai klub yang berbeda ditahan karena terlibat pengaturan pertandingan dan judi ilegal.

Atas keterlibatan dalam skandal yang kemudian dikenal dengan nama Totonero itu Colombo dihukum larangan berkecimpung di dunia sepakbola seumur hidupnya. Sementara beberapa pemain termasuk pahlawan Azzurri di Piala Dunia 1982, Paolo Rossi dihukum larangan bertanding dengan durasi yang berbeda-beda.

Tahun 1993 nama Bruce Grobbelaar ramai menghiasi banyak media massa di Inggris. Harian The Sun menuduh kiper Liverpool itu menerima bayaran 40 ribu poundsterling dari Newcastle United dalam sebuah pertandingan di mana The Reds kalah 0-3 atas The Magpies.

Grobbelaar sempat dua kali diajukan ke meja hijau. Namun juri pengadilan tak mampu mencapai kesepakatan untuk memutuskan kiper kelahiran Afrika Selatan itu bersalah.

Di tahun yang sama skandal juga menguncang Liga Utama Prancis. Sukses menjadi tim Prancis pertama meraih tropi Liga Champions, Olympique Marseille tersandung masalah di negeri sendiri. Berdasar hasil penyelidikan diketahui kalau presiden mereka saat itu, Bernard Tapie, menyuap klub Valenciennes FC untuk memuluskan langkah OM menjadi kampiun Liga Prancis.

Atas kasus tersebut OM harus merelakan gelarnya dicabut, sementara Tapie harus mendekam dalam bui. Sejak skandal tersebut marseille belum lagi menjadi juara Liga Prancis.

Sebenarnya masih banyak skandal-sakndal dan kasus serupa di berbagai kompetisi di seluruh dunia. Misalnya yang dialami kiper Bristol Rovers, Esmond Million di tahun 1963, Genoa yang terdegradasi ke Seri C1 tahun 2005, kasus wasit Edilson Pereira de Carvalho di Liga Brasil dan Robert Hoyzer di Liga Jerman.

Kapan Kartu Kuning

Kartu kuning dan kartu merah pertama kalinya diperkenalkan dalam pertandingan sepakbola di Inggris oleh wasit Ken Aston sebelum tahun 1960-an.
Namun kartu kuning dan juga kartu merah baru digunakan pertama kalinya dalam sebuah pertandingan besar yaitu di Piala Dunia 1970 yang digelar di Meksiko.

Sebelumnya, wasit hanya memberikan peringatan lisan saja kepada pemain yang melakukan pelanggaran, dan nama pemain tersebut dituliskan pada sebuah buku kecil.

Namun sejak tahun 1970, kartu kuning ditunjukkan oleh wasit kepada pemain yang melakukan pelanggaran dan cara seperti ini dianggap membuat peringatan wasit menjadi lebih tegas.

Jika pemain telah mendapatkan dua kali kartu kuning maka kartu merah akan dikeluarkan oleh wasit sebagai tanda pemain tersebut dihukum tidak boleh melanjutkan pertandingan.

Sementara pengunaan dan penyeberluasan kartu kuning dan juga kartu merah secara wajib digunakan pada setiap pertandingan di semua level divisi liga pada tahun 1992.