Pelajar Tidak Gratis
Alternatif Untuk Mengisi Kekosongan Kursi Penonton
Para pelajar yang ingin menyaksikan Piala Dunia 2006 harus melupakan harapannya untuk mendapatkan tiket gratisan.
Empat tahun lalu panitia penyelenggara Piala Dunia Korea Selatan/Jepang 2002 sempat mendapatkan kritik menyusul besarnya jumlah kursi-kursi kosong di stadion.
Tahun ini pengalaman itu ditakutkan akan berulang menyusul besarnya jumlah tiket untuk para sponsor. Sekitar 64 persen tiket sudah dialokasikan panpel untuk mereka. Penggunaan pelajar atau prajurit untuk memenuhkan stadion pun sempat tercetus. Tetapi ide tersebut dibatalkan karena dinilai tidak praktis.
"Kami mencoba untuk merancang sebuah sistem tetapi itu tidak berhasil. Kami memikirkan prajurit, klub, (anak) sekolah, namun mustahil untuk mengorganisir," tutur wakil panpel Horst Schmidt seperti dilansir AFP, Minggu (4/6/2006).
Namun untuk memastikan agar kursi-kursi tidak kosong di stadion, penyelenggara sudah punya alternatif. Mereka akan "memakai jasa" para sukarelawan. "Kami akan menggunakan sukarelawan yang tak punya pekerjaan yang khusus. Selain dari mereka tidak ada kemungkinan (mendapat tiket gratis)," tambah Schmidt.
Baik Panpel maupun FIFA cukup puas dengan penjualan tiket Piala Dunia 2006. Menurut FIFA, sejauh ini 98 persen dari tiga juta tiket yang tersedia sudah terjual.
Penjualan tiket Jerman 2006 bahkan hanya dapat dibandingkan dengan Piala Dunia 1994 Amerika Serikat. Piala Dunia tersebut tercatat sebagai event yang menarik penonton terbesar sepanjang sejarah dengan rekor penonton 3,6 juta.
Menurut Schmidt, sejak 11 Mei pihaknya pun telah berhasil menjual 11 ribu tiket via internet. Tiket-tiket tersebut diperoleh dari asosiasi sepakbola negara-negara peserta yang mengembalikan tiket karena tidak habis terjual.
Para pelajar yang ingin menyaksikan Piala Dunia 2006 harus melupakan harapannya untuk mendapatkan tiket gratisan.
Empat tahun lalu panitia penyelenggara Piala Dunia Korea Selatan/Jepang 2002 sempat mendapatkan kritik menyusul besarnya jumlah kursi-kursi kosong di stadion.
Tahun ini pengalaman itu ditakutkan akan berulang menyusul besarnya jumlah tiket untuk para sponsor. Sekitar 64 persen tiket sudah dialokasikan panpel untuk mereka. Penggunaan pelajar atau prajurit untuk memenuhkan stadion pun sempat tercetus. Tetapi ide tersebut dibatalkan karena dinilai tidak praktis.
"Kami mencoba untuk merancang sebuah sistem tetapi itu tidak berhasil. Kami memikirkan prajurit, klub, (anak) sekolah, namun mustahil untuk mengorganisir," tutur wakil panpel Horst Schmidt seperti dilansir AFP, Minggu (4/6/2006).
Namun untuk memastikan agar kursi-kursi tidak kosong di stadion, penyelenggara sudah punya alternatif. Mereka akan "memakai jasa" para sukarelawan. "Kami akan menggunakan sukarelawan yang tak punya pekerjaan yang khusus. Selain dari mereka tidak ada kemungkinan (mendapat tiket gratis)," tambah Schmidt.
Baik Panpel maupun FIFA cukup puas dengan penjualan tiket Piala Dunia 2006. Menurut FIFA, sejauh ini 98 persen dari tiga juta tiket yang tersedia sudah terjual.
Penjualan tiket Jerman 2006 bahkan hanya dapat dibandingkan dengan Piala Dunia 1994 Amerika Serikat. Piala Dunia tersebut tercatat sebagai event yang menarik penonton terbesar sepanjang sejarah dengan rekor penonton 3,6 juta.
Menurut Schmidt, sejak 11 Mei pihaknya pun telah berhasil menjual 11 ribu tiket via internet. Tiket-tiket tersebut diperoleh dari asosiasi sepakbola negara-negara peserta yang mengembalikan tiket karena tidak habis terjual.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home